Dasar-Dasar
Psikologi Dalam Pendidikan
Ignatia
Restiani
Jurusan
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
This article describes the basics
of psychology in education.
Educational
psychology can be interpreted as one branch of psychology that specifically
examine the behavior of individuals within the context of the educational
situation in order to find the facts, generalizations and theories related to
educational psychology, which is obtained through a specific scientific method,
in order to achieve effectiveness of the education process. Education can not
be separated from psychology. Educational activities, especially in formal
education, such as curriculum development, Teaching and Learning, evaluation
systems, and services Guidance and Counselling is a major activity in which
education can not be separated from psychology. This educational psychology as
a tool for teachers to control himself, and also gives assistance to students
studying in the learning activities. In this case educators must be sensitive
to what happens to their students and should be able to overcome mainly
problems in the learning process. Education as an activity in which involved
many people, including students, teachers, adminsitrator, communities and
parents of students. Every learner has the intelligence, growth, and different
personalities with other learners. Therefore, for the purpose of education can
be achieved effectively and efficiently, then everyone involved in education
should be able to understand about the behavior of individuals as well as to
show their behavior effectively. Knowledge of the psychological foundations of
education is to be learned by the educators for smooth provide services in
accordance with the general nature of the soul and motivate students' behavior
in the learning process.
Keywords:
psychology, educational, educational psychology, personality, intelligence,
growth
Psikologi dapat mempunyai peran utama
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai suatu informasi atau menjadi suatu
kewajiban tambahan untuk menyampaikan “Pengetahuan untuk kepentingan
pengetahuan“ menjadi sebuah prinsip-prinsip pelaksanaan. Banyak psikolog dan pendidik menganggap
teori psikologi itu hal yang biasa. Padahal teori psikologi merupakan salah
satu bagian dari dasar ilmu pengetahuan. Jadi didalam psikologi, teori dasar
dari ilmu pengetahuan merupakan jalan dalam menciptakan kespesifikasian keadaan
pendidikan. Dasar-dasar
psikologis ini sangat dibutuhkan para pendidik untuk mengetahui prilaku anak
didiknya, apakah anak didiknya dalam keadaan yang baik saat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran, atau dalam keadaan yang tidak baik. Dengan
demikian, pendidik sangat membutuhkan pengetahuan ini
untuk mengatasi anak didik seperti itu dan memotivasinya agar tetap semangat
dalam belajar. Selain
untuk mengetahui prilaku anak didiknya, dasar-dasar psikologis ini juga dapat
mengendalikan prilaku para pendidik dan memberikan prilaku yang lebih bijaksana
dan
efektif dalam menghadapi
keanekaragaman karakteristik anak didiknya.
Sebelum mengemukakan dasar-dasar psikologi dalam
pendidikan, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian psikologi, pendidikan,
dan psikologi pendidikan. Psikologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psyche” artinya roh dan “logy”
artinya ilmu pengetahuan, yang selengkapnya artinya ilmu pengetahuan yang
mempelajari jiwa atau ilmu jiwa. Sebagai
ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, maka psikologi tidak bisa
diamati secara langsung namun memerlukan objek. Berkenaan dengan obyek psikologi
ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah bentuk perilaku
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kemudian pengertian pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat
diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji
perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan
dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka
pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Diperlukan dasar – dasar
psikologi dalam pendidikan agar
tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa
hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak dalam proses
pendidikan antara lain :
Tiap – tiap anak memiliki sifat
kepribadian yang unik.
Anak didik
merupakan pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang. Dikatakan bahwa
tiap-tiap anak memilki sifat kepribadian yang unik artinya anak memiliki
sifat-sifat khas yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh
anak yang lain. Keunikan sifat pribadi seseorang itu terbentuk karena peranan
tiga faktor penting, yakni: keturunan (heredity), lingkungan (environment), dan diri (self).
Tiap anak memiliki kecerdasan yang
berbeda.
Pendidikan memberi hak kepada anak untuk mengembangkan potensinya. Kalau
kita perhatikan siswa-siswa kita akan segera mengetahui bahwa mereka memiliki
kecerdasan yang berbeda-beda, meskipun mereka memiliki usia kalender yang sama, tetapi kemampuan mentalnya tidak sama. Dikatakan
mereka memiliki usia kronologis yang sama, tetapi usia kecerdasan yang tidak
sama. Jadi setiap anak memiliki indeks kecerdasan yang berbeda-beda.
Klasifikasi kecerdasan
IQ
|
Klasifikasi
|
140 – ke atas
|
Genius
|
130 – 139
|
Sangat pandai
|
120 – 129
|
Pandai
|
110 – 119
|
Di atas normal
|
90 – 109
|
Normal/sedang
|
80 – 89
|
Di bawah normal
|
70 – 79
|
Bodoh
|
50 – 69
|
Feebel minded : moron
|
49 – ke bawah
|
Feebel minded : imbicile, idiot
|
Anak golongan idiot mempunyai kemampuan mental yang
paling rendah. Golongan ini tidak dapat melindungi dirinya dari bahaya atau
melayani kebutuhan dirinya sendiri. Umurnya biasanya tidak panjang dan hanya
mampu menumbuhkan kemampuan mentalnya pada tingkat usia 4 tahun.
Golongan imbicile satu tingkat lebih baik daripada
golongan idiot. Anak golongan imbicile dapat dilatih untuk dapat melayani
kebutuhan dirinya dan menguasai keterampilan sederhana dengan bimbingan khusus.
Anak golongan ini dapat mencapai usia dewasa, tetapi jarang sekali mencapai
usia kecerdasan lebih dari tingkatan 8 tahun. Sedangkan golongan moron mampu
melayani kebutuhan dirinya. Dengan pendidikan sekolah yang direncanakan secara
seksama, mereka dapat mempelajari hal-hal sederhana dan menguasai keterampilan
yang terbatas untuk lapangan pekerjaan yang sederhana. Usia mental golongan
moron jarang sekali mencapai tingkat usia 12 tahun. Terbuka kemungkinan memasuki
lapangan pekerjaan yang menggantungkan diri sendiri dan yang memperkerjakan.
Golongan genius pada waktu sekarang lebih mendapat perhatian dari para ahli
daripada sebelumnya. Kemampuan berfikir dan penalaran golongan ini pada
tingkatan kemampuan mental yang tinggi, sehingga mampu melakukan kegiatan yang
bersifat kreatif dan inventif. Anak-anak berbakat ini dapat diketemukan pada
semua bangsa dan pada semua tingkat sosial ekonomi dan semua jenis (laki-laki dan parempuan). Berdasarkan data yang ada ternyata jumlah genius laki-laki lebih
banyak dari perempuan. Berdasarkan penyelidikan Terman; anak-anak berbakat kondisi fisiknya
lebih baik daripada anak normal, lebih kuat dan lebih sehat dari umumnya
anak-anak pada usia yang sama. Dalam hal penyesuaian dan sosial sama baiknya.
Tiap tahap pertumbuhan memiliki ciri-ciri
tertentu
Karena tiap-tiap pertumbuhan itu memiliki ciri-ciri tertentu hal ini dapat
membantu pendidik untuk mengatur strategi pendidikan sesuai dengan kesiapan
anak untuk menerima, memahami, dan menguasai bahan pendidikan. Jadi strategi
pendidikan untuk siswa Sekolah Taman Kanak-kanak akan berbeda dengan strategi
yang diperuntukkan siswa Sekolah Dasar. Demikian juga dengan jenjang
persekolahan yang lain.
Psikologi
pendidikan ini sebagai alat bagi guru untuk mengendalikan dirinya, dan juga
memberi bantuan belajar kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Karakteristik atau sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik sebagai berikut:
(a) kematangan diri yang stabil:
memahami diri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan
serta bertindak dengan nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab sendirian
atas hidupnya. (b) kematangan
sosial yang stabil: mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, dan
kecakapan membina kerjasama dengan orang lain. (c) kematangn professional (kemampuan bertindak): menaruh
perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik, mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam
menggunakan cara-cara mendidik.
Kesimpulan
Setiap
anak memiliki karakteristik yang berbeda. Baik tingkah laku maupun
kecerdasannya karena faktor keturunan, lingkungan, dan kejiwaan seseorang yang
juga berbeda. Orang yang kembar sekalipun akan berbeda tingkah laku dan tingkat
kecerdasannya. Keanekaragaman inilah yang menjadi tantangan bagi para pendidik
agar anak tersebut dapat memahami apa yang diajarkannya.
Ilmu ini dapat membantu guru dan tenaga kependidikan
lainnya untuk memahami tingkah laku belajar anak didiknya lebih baik dan
memberikan penjasalan bahwa anak sedang keadaan belajar dengan baik atau tidak,
namun pada prinsipnya psikologi pendidikan merupakan alat yang penting untuk
memahami tingkah laku belajar anak.
Pengetahuan tentang dasar-dasar
psikologis dalam pendidikan ini sangat perlu dipelajari oleh para pendidik
demi kelancaran memberi pelayanan sesuai dengan sifat umum jiwa anak didik dan
memotivasi tingkah laku di dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian, pendidik dapat peka terhadap apa yang
terjadi pada anak didiknya dan dapat mengatasinya terutama masalah dalam proses
pembelajaran. Tidak hanya dapat memahami karakteristik anak didiknya,
pengetahuan ini juga dapat berguna untuk mengendalikan diri sendiri dan dapat
memberi prilaku yang lebih bijaksana yang tentunya sangat diperlukan bagi para
pendidik dalam menghadapi anak didiknya.
Daftar Pustaka
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi
Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Dalyono, M. 2005. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Galloway, Charles. 1976. Psycology for Learning and Teaching. McGraw-Hill: New York.
Tim Dosen
FIP-IKIP Malang. 1980. Pengantar
Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Meilanie, Sri Martini. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Jakarta.
-igna-
-igna-
No comments:
Post a Comment