Sunday, July 22, 2012


Dasar-Dasar Psikologi Dalam Pendidikan

Ignatia Restiani
Jurusan Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta

           
This article describes the basics of psychology in education. Educational psychology can be interpreted as one branch of psychology that specifically examine the behavior of individuals within the context of the educational situation in order to find the facts, generalizations and theories related to educational psychology, which is obtained through a specific scientific method, in order to achieve effectiveness of the education process. Education can not be separated from psychology. Educational activities, especially in formal education, such as curriculum development, Teaching and Learning, evaluation systems, and services Guidance and Counselling is a major activity in which education can not be separated from psychology. This educational psychology as a tool for teachers to control himself, and also gives assistance to students studying in the learning activities. In this case educators must be sensitive to what happens to their students and should be able to overcome mainly problems in the learning process. Education as an activity in which involved many people, including students, teachers, adminsitrator, communities and parents of students. Every learner has the intelligence, growth, and different personalities with other learners. Therefore, for the purpose of education can be achieved effectively and efficiently, then everyone involved in education should be able to understand about the behavior of individuals as well as to show their behavior effectively. Knowledge of the psychological foundations of education is to be learned by the educators for smooth provide services in accordance with the general nature of the soul and motivate students' behavior in the learning process.
Keywords: psychology, educational, educational psychology, personality, intelligence, growth


Psikologi dapat mempunyai peran utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai suatu informasi atau menjadi suatu kewajiban tambahan untuk menyampaikan “Pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan“ menjadi sebuah prinsip-prinsip pelaksanaan. Banyak psikolog dan pendidik menganggap teori psikologi itu hal yang biasa. Padahal teori psikologi merupakan salah satu bagian dari dasar ilmu pengetahuan. Jadi didalam psikologi, teori dasar dari ilmu pengetahuan merupakan jalan dalam menciptakan kespesifikasian keadaan pendidikan. Dasar-dasar psikologis ini sangat dibutuhkan para pendidik untuk mengetahui prilaku anak didiknya, apakah anak didiknya dalam keadaan yang baik saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, atau dalam keadaan yang tidak baik. Dengan demikian, pendidik sangat membutuhkan pengetahuan ini untuk mengatasi anak didik seperti itu dan memotivasinya agar tetap semangat dalam belajar. Selain untuk mengetahui prilaku anak didiknya, dasar-dasar psikologis ini juga dapat mengendalikan prilaku para pendidik dan memberikan prilaku yang lebih bijaksana dan efektif dalam menghadapi keanekaragaman karakteristik anak didiknya.
Sebelum mengemukakan dasar-dasar psikologi dalam pendidikan, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian psikologi, pendidikan, dan psikologi pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psyche” artinya roh dan “logy” artinya ilmu pengetahuan, yang selengkapnya artinya ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa atau ilmu jiwa. Sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, maka psikologi tidak bisa diamati secara langsung namun memerlukan objek. Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kemudian pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Diperlukan dasar – dasar psikologi dalam pendidikan agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan antara lain :
Tiap – tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik.
Anak didik merupakan pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang. Dikatakan bahwa tiap-tiap anak memilki sifat kepribadian yang unik artinya anak memiliki sifat-sifat khas yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh anak yang lain. Keunikan sifat pribadi seseorang itu terbentuk karena peranan tiga faktor penting, yakni: keturunan (heredity), lingkungan (environment), dan diri (self).

Tiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda.
Pendidikan memberi hak kepada anak untuk mengembangkan potensinya. Kalau kita perhatikan siswa-siswa kita akan segera mengetahui bahwa mereka memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, meskipun mereka memiliki usia kalender yang sama, tetapi kemampuan mentalnya tidak sama. Dikatakan mereka memiliki usia kronologis yang sama, tetapi usia kecerdasan yang tidak sama. Jadi setiap anak memiliki indeks kecerdasan yang berbeda-beda.


Klasifikasi kecerdasan
IQ
                          Klasifikasi
140 – ke atas
Genius
130 – 139
Sangat pandai
120 – 129
Pandai
110 – 119
Di atas normal
90 – 109
Normal/sedang
80 – 89
Di bawah normal
70 – 79
Bodoh
50 – 69
Feebel minded : moron
49 – ke bawah
Feebel minded : imbicile, idiot

Anak golongan idiot mempunyai kemampuan mental yang paling rendah. Golongan ini tidak dapat melindungi dirinya dari bahaya atau melayani kebutuhan dirinya sendiri. Umurnya biasanya tidak panjang dan hanya mampu menumbuhkan kemampuan mentalnya pada tingkat usia 4 tahun.
Golongan imbicile satu tingkat lebih baik daripada golongan idiot. Anak golongan imbicile dapat dilatih untuk dapat melayani kebutuhan dirinya dan menguasai keterampilan sederhana dengan bimbingan khusus. Anak golongan ini dapat mencapai usia dewasa, tetapi jarang sekali mencapai usia kecerdasan lebih dari tingkatan 8 tahun. Sedangkan golongan moron mampu melayani kebutuhan dirinya. Dengan pendidikan sekolah yang direncanakan secara seksama, mereka dapat mempelajari hal-hal sederhana dan menguasai keterampilan yang terbatas untuk lapangan pekerjaan yang sederhana. Usia mental golongan moron jarang sekali mencapai tingkat usia 12 tahun. Terbuka kemungkinan memasuki lapangan pekerjaan yang menggantungkan diri sendiri dan yang memperkerjakan. Golongan genius pada waktu sekarang lebih mendapat perhatian dari para ahli daripada sebelumnya. Kemampuan berfikir dan penalaran golongan ini pada tingkatan kemampuan mental yang tinggi, sehingga mampu melakukan kegiatan yang bersifat kreatif dan inventif. Anak-anak berbakat ini dapat diketemukan pada semua bangsa dan pada semua tingkat sosial ekonomi dan semua jenis (laki-laki dan parempuan). Berdasarkan data yang ada ternyata jumlah genius laki-laki lebih banyak dari perempuan. Berdasarkan penyelidikan Terman; anak-anak berbakat kondisi fisiknya lebih baik daripada anak normal, lebih kuat dan lebih sehat dari umumnya anak-anak pada usia yang sama. Dalam hal penyesuaian dan sosial sama baiknya.
Tiap tahap pertumbuhan memiliki ciri-ciri tertentu
Karena tiap-tiap pertumbuhan itu memiliki ciri-ciri tertentu hal ini dapat membantu pendidik untuk mengatur strategi pendidikan sesuai dengan kesiapan anak untuk menerima, memahami, dan menguasai bahan pendidikan. Jadi strategi pendidikan untuk siswa Sekolah Taman Kanak-kanak akan berbeda dengan strategi yang diperuntukkan siswa Sekolah Dasar. Demikian juga dengan jenjang persekolahan yang lain.
Psikologi pendidikan ini sebagai alat bagi guru untuk mengendalikan dirinya, dan juga memberi bantuan belajar kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Karakteristik atau sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik sebagai berikut: (a) kematangan diri yang stabil: memahami diri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan serta bertindak dengan nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab sendirian atas hidupnya. (b) kematangan sosial yang stabil: mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, dan kecakapan membina kerjasama dengan orang lain. (c) kematangn professional (kemampuan bertindak): menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik, mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik.
           
Kesimpulan
   Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda. Baik tingkah laku maupun kecerdasannya karena faktor keturunan, lingkungan, dan kejiwaan seseorang yang juga berbeda. Orang yang kembar sekalipun akan berbeda tingkah laku dan tingkat kecerdasannya. Keanekaragaman inilah yang menjadi tantangan bagi para pendidik agar anak tersebut dapat memahami apa yang diajarkannya.
Ilmu ini dapat membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk memahami tingkah laku belajar anak didiknya lebih baik dan memberikan penjasalan bahwa anak sedang keadaan belajar dengan baik atau tidak, namun pada prinsipnya psikologi pendidikan merupakan alat yang penting untuk memahami tingkah laku belajar anak.
Pengetahuan tentang dasar-dasar psikologis dalam pendidikan ini sangat perlu dipelajari oleh para pendidik demi kelancaran memberi pelayanan sesuai dengan sifat umum jiwa anak didik dan memotivasi tingkah laku di dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian, pendidik dapat peka terhadap apa yang terjadi pada anak didiknya dan dapat mengatasinya terutama masalah dalam proses pembelajaran. Tidak hanya dapat memahami karakteristik anak didiknya, pengetahuan ini juga dapat berguna untuk mengendalikan diri sendiri dan dapat memberi prilaku yang lebih bijaksana yang tentunya sangat diperlukan bagi para pendidik dalam menghadapi anak didiknya.


Daftar Pustaka
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Galloway, Charles. 1976. Psycology for Learning and Teaching. McGraw-Hill: New York.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Meilanie, Sri Martini. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Jakarta.


-igna-

No comments:

Post a Comment