Wednesday, October 3, 2012

Mereka Inspirasiku! Ayo bergerak, lakukan sesuatu!


Pelatihan Intensif Indonesia Mengajar memasuki pekan kedua, ada yang menarik dari sesi forum leadership pekan ini, menghadirkan Amilia Agustin dan Leonardo Kamilius. Kenal dengan mereka? Beberapa orang mungkin asing ketika mendengar namanya, tapi jika diceritakan dedikasi yang mereka lakukan untuk bangsa ini, pastilah banyak yang berkata “oooh! Saya tahu!”.
Amilia Agustin, gadis berusia 16 tahun ini punya julukan “Ratu Sampah”. Ami, begitu ia disapa, berbagi pengalamannya menyulap sampah manjadi beraneka barang yang punya nilai jual tinggi. Ia sangat senang berbagi, menurutnya “Yang terpenting saat kita berbagi bersama orang lain jangan tanya siapa dia, apakah kita kenal dengan dia, apakah kita ingin tetap berbagi, karena bagaimana kita bisa berkata bahwa itu bukan urusan kita sementara mereka juga terlahir dari tanah yang sama dengan kita”. Kita bisa lihat ketulusan di rentetan kalimat itu. Ami selalu menanamkan hal tersebut dalam hatinya.
Dimulai sejak masih duduk dibangku SMP, inisiatifnya memilah sampah organik dan non-organik disepakati beberapa temannya. Aktifitaspun rutin dilakukan, plastik-plastik sampah dikumpulkan untuk didaur ulang, sedangkan sampah rumah tangga diolah kembali menjadi pupuk kompos. Ejekan kadang terdengar di telinganya dan Ami hanyalah gadis biasa yang juga kadang mengeluh. Ketika itu ia selalu ingat petuah ibunya, “Kalau kamu mengeluh sudah banyak tetapi yang kamu lakukan baru sedikit, itu tidak sebanding, yang harus anak muda lakukan justru melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan dimasa tua nanti”. Suntikan semangat seakan tertancap ditubuhnya.
Ada ungkapan menarik dari Ami yang mungkin cukup menggentarkan hati, “Jika kita bukan orang sembarangan, jangan buang sampah sembarangan “.
Pengalaman Ami ini seakan menjadi cambukan semangat untuk para calon Pengajar Muda. Ia yang masih belia bahkan telah memaknai hidup dengan kebermanfaatan dirinya di mata orang lain. “Lalu apa yang telah saya lakukan sampai usia saya selama ini?”, “Apakah saya sudah bermanfaat untuk orang lain?”, mungkin itu yang ada di pikiran mereka saat mendengar Ami bercerita. Calon Pengajar Muda adalah sarjana terbaik di bidangnya yang telah diseleksi untuk mengikuti program Indonesia Mengajar. Banyak diluar sana sarjana-sarjana yang belum bisa memberikan manfaat dari ilmunya, menurut Ami, “mereka rata-rata kecerdasan ilmunya tidak dibarengi dengan kecerdasan emosional, jadi rata-rata mereka baik untuk dirinya sendiri, pintar untuk dirinya sendiri, bahkan cenderung memikirkan kemapanan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain makan atau ngga, tidur enak seperti kita atau ngga. Jadi terkadang kepedulian itu kalah dengan setan-setan ilmu yang berkeliaran”. Sudah saatnya kita memaknai hidup bukan untuk diri sendiri.
Kehadiran Ami sangatlah menginspirasi, dan bisa menjadi bahan cerita untuk anak-anak di seluruh pelosok negeri. Suatu saat, jika semesta mendukung, sosoknya akan diteruskan oleh anak-anak pelosok sana. “Tetap semangat. Disana nanti bertemu dengan anak-anak yang hebat. Jadikanlah anak-anak itu sebagai inspirasi kakak-kakak untuk terus berkarya. Jangan mudah lelah, jangan mudah putus asa, karena keikhlasan dalam setiap perbuatan akan terus membuat kita semangat dan akan terus membuat kita senang”, pesan Ami untuk para calon Pengajar Muda V.
Kembali, kisah inspiratif datang dari Leonardo Kamilius. Usianya 26 tahun. Leon, sapaannya, adalah lulusan cumlaude Universitas Indonesia. Ia meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai business analyst di McKinsey dan mendirikan “Koperasi Kasih Indonesia (KKI)” yang berada di Cilincing, Jakarta Utara. Kata “Kasih” dipakai Leon karena ia ingin berbagi kasih, berbuat baik kepada sesama. Koperasi ini melakukan tiga poin, yaitu: memberikan pinjaman modal ringan tanpa jaminan, menyediakan fasilitas menabung, serta memberikan pendidikan keuangan.
 “Banyak orang-orang mampu, mereka ngga berkembang untuk jadi sejahtera bukan ngga ada kesempatan. Kan keberhasilan adalah ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan”, lanjutnya. Bagi Leon, sharing pengetahuan bisnis sosial ke para calon Pengajar Muda V seperti ini sangat penting. “Saya berpikir untuk memberikan opsi ini di pikiran teman-teman karena sesudah kembali ada yang jadi professional. Dan bisnis sosial perlu seseorang yang idealis dan juga punya kemampuan berbisnis, dan mungkin itu bisa pas dengan teman-teman Indonesia Pengajar”.
“Tulus mau berbuat, tulus mau memberikan diri kita buat mereka, pasti dengan otomatis kita akan lebih rendah hati, lebih mudah beradaptasi, lebih mau mendengar. Jagalah semangat awalnya mau bergabung itu. Karena semangat meskipun didalam akan memancar keluar dalam hal sikap, kata-kata. Dan itu akan menguatkan teman-teman ketika sulit, ingat bahwa ini adalah pilihannya teman-teman untuk membantu. Jadi secara sadar mengambil keputusannya harus konsekuen”, pesannya. “Intinya jaga idealis dan ketulusan itu” lanjut Leon.
Hampir dua minggu mereka menjalani pelatihan intensif, ini artinya dua minggu pula mereka bersama, berbagi, bersenda-gurau. Berangkat dari latar belakang yang berbeda, dari motivasi yang berbeda pula, mereka berkumpul mengikuti pelatihan ini untuk dikirim ke daerah penempatan sebagai agent of change.  Kerinduan akan tempat tinggal dan orang terkasih seakan menjadikan mereka semakin dan semakin semangat menjalaninya. Setahun bukan waktu yang lama dan ini adalah sebuah kehormatan untuk bisa membuka jendela pengetahuan dan menemukan mutiara di seluruh pelosok Indonesia.



-Igna. Tim PPL Indonesia Mengajar Div. Community Engagement-
-sebagai salahsatu tugas untuk dokumentasi training

No comments:

Post a Comment