Saturday, March 10, 2012

Islam dan Ilmu Pengetahuan

LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan memang sangat penting bagi manusia. Dalam islam manusia dituntut untuk menggunakan akal pikirannya agar dapat berinovasi dan berkarya yang kemudian hasilnya diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat luas.
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Itu menunjukkan betapa islam memberi peluang besar bagi mereka yang berfikir. Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat menbuat kehidupannya menjadi lebih baik baik di dunia maupun di akhirat sebagimana dalam sebuah hadits yang artinya “Barangsiapa yang menghendaki dunia, maka hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki akherat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki dunia akherat, maka hendaknya dia berilmu”.

Salah satu amalan yang dibawa ketika tiada adalah ilmu yang bermanfaat. Oleh karena itu, perbanyaklah ilmu-ilmu yang berguna baik untuk kehidupan dunia ataupun akhirat. Selain itu, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu.

Saya mengangkat tema ini kembali agar para pembaca dapat mengetahui lebih mendalam pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan kita. Dan saya berharap dengan membaca makalah saya, anda dapat tergerak hatinya untuk lebih tekun menuntut ilmu karena ilmu tidak akan membuat kita terperosok malah akan membawa kita ke dalam kesejahteraan di dunia maupun akhirat. Dalam hal ini ilmu-ilmu yang positif. 



PEMBAHASAN 
Islam adalah agama yang mengajak manusia untuk memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bermanfaat sekali untuk memajukan dan mempermudah kehidupan umat manusia. Orang yang beiman dan berilmu di samping kehidupannya lebih baik juga derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT.
A.    SUMBER DAN KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN
Sumber pengetahuan dalam islam adalah wahyu dan akal pikiran manusia. Keduanya tidak bertentangan. Manusia dengan bebas dapat mengembangkan akalnya, asal saja dalam pengembangan itu tetap terikat pada wahyu dan tidak boleh bertentangan dengan syariat.
Dalam islam dikenal istilah ayat qauliyah dan ayat kauniah. Ayat qauliyah terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang merupakan firman atau wahyu Allah dan sabda Rasulullah SAW. Dari ayat ini akan lahir ilmu-ilmu yang selama ini disebut dengan ilmu-ilmu agama seperti ilmu tafsir, ilmu ushuluddin, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, ilmu hadist, dan lain-lain. Ayat kauniah terdapat di alam raya ini dan merupakan ciptaan Allah SWT. Ayat ini akan melahirkan berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang selama ini dikenal dengan ilmu-ilmu umum seperti matematika, fisika, kimia, biologi, farmasi, geografi, kedokteran, psikologi, antroplogi, sosiologi, politik, ekonomi, teknik dan sebagainya. Dalam pandangan islam kedua ayat ini tidak mungkin bertentangan karena berasal dari sumber yang sama. Firman Allah tidak mungkin bertentangan dengan ciptaan-Nya. Bila kelihatan bertentangan perlu dipahami mungkin ada sesuatu yang keliru atau kesalahan yang belum diketahui.
Berdasarkan kategori ayat, pada ayat qauliyah dan kauniah seperti yang dijelaskan diatas, para ahli dalam konferensi pendidikan islam sedunia tahun 1977 di Mekkah membagi ilmu menurut pandangan islam menjadi dua, yaitu Perennial Knowledge atau ilmu abadi acquired knowledge atau ilmu perolehan. Yang dimaksud ilmu pengetahuan abadi adalah ilmu yang langsung berasal dari wahyu Illahi yang diperjelas oleh sunnah Nabi Muhammad yang sekarang dapat dikaji dari Al-Qurandan kitab-kitab Hadist yang shahih. Yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan perolehan yaitu ilmu-ilmu kealaman, ilmu-ilmu keterampilan (teknologi) dengan segala cabang dan rantingnya.
Kedua macam ilmu ini harus menjadi materi pendidikan islam agar manusia muslim memiliki wawasan hidup yang terpadu dan menyeluruh. Semua kurikulum pendidikan islam seyogianya mencakup kedua ilmu yang berasal dari kedua sumber tersenut diatas, Qur’an dan Sunnah serta semua yang bisa diambil  dari keduanya saja, seperti yang dilaksanakan dalam sisitem pendidikan islam tradisional selama ini. Dalam pendidikan yang berasalkan paham sekuler, perennial knowledge yang berwujud wahyu tidak diakui sebagai ilmu. Dalam sisitem ini, wahyu Allah tidak mendapat tempat di dunia pendidikan, karena tidak diakui sebagai sumber ilmu pengetahuan. Bahkan dalam sistem pendidikan yang berdasarkan paham sekuler itu, wahyu yang dipertentangkan dengan ra’yu, iman dipertentangkan dengan ilmu.
Menurut ajaran islam, ra’yu dan wahyu, akal dan iman, ilmu dan agama, tidak boleh dipertentangkan atau dipisahkan. Kedua-duanya mempunyai tempat yang tersendiri dalam pendidikan dan dalam kehidupan manusia. Ra’yu atau akal tidak dapat disamakan dengan wahyu, apalagi diletakkan diatasnya. Karena kemampuan ra’yu atau akal manusia itu terbatas, sedangkan wahyu sebagai firman Allah tidak terbatas meliputi segala ruang dan waktu serta menjadi dasar segala-galanya. Yang dapat dilakukan adalah membedakannya, seperti yang telah dilakukan oleh Ibnu Khaldun dengan istilah aqal dan naqal, atau AlGhazali dengan istilah ladunni dan insani atau oleh pemikir islam yakni Nadjib Alatas dengan ilmu fardu’ain dan ilmu fardu kifayah atau, perennial knowledge dan acquired knowledge oleh konferensi pendidikan islam sedunia tahun 1977.
Al-Qur’an sebagai wahyu Illahi harus menjadi panduan dan rujukan semua ilmu perolehan manusia, karena wahyu Illahi itu mengandung nilai yang dapat menuntun ilmu pengetahuan kepada yang lebih bermanfaat. Dalam konferensi pendidikan islam sedunia yang diselenggarakan di Islamabad Pakistan pada tahun 1980 tujuan pendiidkan islam untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia dalam segala aspeknya secara spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal, baik secara individu maupun secara kolektif disamping memotifasi semua aspek tersebut kearah kebaikan dan kesempurnaan. Pembagian ilmu yang dikemukakan dalam Konferensi Pendidikan Islam pertama di Mekkah perlu dijabarkan dalam kurikulum/silabus akan dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Islam.
Klasifikasi ilmu pengetahuan ke dalam ilmu pengetahuan perennial dan acquired dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan secara keseluruhan sebagai berikut:
1.       Kelompok Pengetahuan Perennial adalah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, Sunnah, sejarah islam dan bidang-bidang studi tambahan seperti metafisika Islam, perbandingan agama dan kebudayaan Islam.
2.       Kelompok Acquired Knowledge adalah mencakup ilmu-ilmu imajinatif, seperti kesenian dan bahasa, ilmu-ilmu intelektual seperti filsafat, pendidikan, ekonomi, psikologi, sosiologi, dan antropologi, ilmu-ilmu kealaman seperti fisika, kimia, biologi, dan astronomi, ilmu-ilmu terapan seperti teknik sipil, mesin dan kedokteran dan ilmu-ilmu praktis seperti ilmu administrasi, ilmu perpustakaan, dan ilmu komunikasi. 
B.    DORONGAN ISLAM UNTUK BELAJAR DAN MENELITI
Dalam Islam belajar itu adalah kewajiban. Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW surat Al-‘Alaq (96): 1-5, mengandung perintah Allah kepada manusia agar membaca, menulis dan meneliti. Membaca adalah sarana untuk mengerti, memahami dan mengembangkan serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Membaca tidak hanya berarti membaca tulisan tetapi juga memikirkan, merenungkan dan menganalisa kejadian-kejadian alam semesta.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan gejala alam semesta perlu dikaji lebih mendalam agar manusia mendapat manfaat yang lebih besar dari ayat-ayat tersebut.  Banyak sekali ayat-ayat yang mendorong manusia supaya menggunakan akal, mengamati dengan benar, harus berfikir secara mendalam, harus ada keinginan untuk bertanya dan mencari jawaban yang sesuai dengan yang diamati. Di antara contoh ayat yang mendorong untuk meneliti dan menggunakan nalar adalah Q.S Yunus (10): 101, artinya “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. Manusia diperintahkan oleh Allah untuk melihat semua yang ada di langit dan di bumi dan menganalisisnya dengan nalar apa saja yang dilihatnya. Hal-hal yang akan dianalisis ialah seperti yang disebutkan dalam Q.S Ar-Ra’d (13): 3-4, artinya “Dan Dialah Allah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasang, Allah menutupkan malam kepada siang , sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkannya. Dan di bumi itu terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang-cabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”.
Bagi orang awam ayat-ayat tersebut pengertiannya cukup seperti yang tersurat, tetapi para ilmuwan akan dapat mengungkapkan lebih banyak dan lebih mendalam lagi tentang apa yang tersirat dalam kalimat ayat-ayat tersebut. Bila dipilah-pilah ayat tersebut mengandung banyak petunjuk tentang prinsip-prinsip dasar ilmu bumi dan ilmu pertanian.
Allah menegur dan menanyakan tentang penggunaan nalar kita sebagai manusia serta memberikan isyarat tentang hal-hal yang harus diperhatikan. Q.S Al-Ghaasyiyah (88): 17-20. Artinya “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan, langit bagaimana ia ditinggikan, gunung-gunung bangaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan”.
Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan yang diperintahkan di dalam islam. Dengan melakukan penelitian maka hal yang semula belum diketahui menjadi diketahui, hal-hal yang semula nelum terungkap menjadi terungkap. Apabila seseorang dalam melakukan penelitiannya menemukan hal-hal yang baru dan baik, maka orang tersebut akan mendapatklan pahala dan penghargaan yang tinggi dari Allah SWT, karena hasil penelitian itu akan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang sistematis dan dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian dengan metode tertentu dan dapat diterima oleh rasio. Dalam ilmu pengetahuan kealaman misalnya orang mengumpulkan pengetahuan itu dengan mengadakan pengamatan atau observasi, pengukuran atau pengumpulan data dari alam sekitar, baik yang hidup maupun yang tidak bernyawa. Data yang dikumpulkan dari berbagai observasi dan pengukuran pada gejala alamiahitu dianalisa kemudian diambil kesimpulan yang dapat diistilahkan dengan intidhar suatu kata yang ada hubungannya dengan nazhar dan semakna dengan nalar.
Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan secara sisitematis untuk mempengaruhi alam disekeliling dalam suatu proses produktif ekonomis untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia.

C.     FENOMENA ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN
Di antara ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan fakta ilmiah adalah:
1.       Penciptaan alam semesta {QS.(21): 30, QS. (41): 11, QS. (11): 7, dan QS. (32): 4}
2.       Pengembangan alam raya {QS.(51): 47}
3.       Pengaturan alam raya {QS.(36): 38-40}
4.       Tata air bumi {QS.(25): 53 dan QS.(55): 19-20}
5.       Atmosfer bumi { QS.(6): 125 dan QS.(21): 32}
6.       Asal mula kehidupan {QS.(20): 53 dan QS.(24): 45}
7.       Alam tumbuh-tumbuhan {QS.(16): 10-11, QS.(6): 99, QS.(50): 9-11, QS.(13): 4, QS.(6): 95 dan QS.(36): 36}
8.       Alam binatang {QS.(16): 5-8, QS.(6): 38, dan QS.(16): 68-69}
9.       Reproduksi manusia {QS.(23): 12-14, QS.(71): 14, QS.(82): 6-7, QS.(76): 2 dan QS.(32): 9}
Para ilmuwan telah mengemukakan temuan-temuan ilmiahnya. Sebagian besar temuan tersebut sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Walupun banyak temuan dan teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan dan tidak bertentangan dengan ayat Al-Qur’an namun perlu disadari bahwa salah satu ciri ilmu pengetahuan yang tidak dapat diingkari meskipun oleh para ilmuwan adalah bahwa ia tidak kekal.

D.    SIKAP POSITIF TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
Agama islam mewajibkan manusia untuk menggunakan potensi akal pikirannya agar dapat berfikir tentang segala sesuatu dan melakukan beragam hal sehingga dapat menghasilkan karya yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia itu sendiri. Prilaku yang menunjukkan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain sebagai berikut:
1.       Mencintai ilmu pengethuan dengan menguasai informasi
2.       Membuka diri dan wawasan dengan membaca sebanyak mungkin serta mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tekun.
3.       Gemar membuat kumpulan informasi yang telah diperoleh yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.       Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperoleh kepada masyarakat luas dan memberi contoh positif dalam kehidupan sehari-hari.
5.       Selalu mengingat Allah dan mensyukuri nikmat-Nya atas dirinya.
6.       Terus berinovasi dan meneladani orang-orang berilmu atau orang-orang yang telah sukses di bidang positif.
7.       Mengaplikasikan hasil dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah didapatnya dalam kehidupan agar bermanfaat bagi kehidupan masyarakat luas.
8.       Bersikap tawadu atau rendah hati meskipun telah mencapai keberhasilan.

E.     KEAJAIBAN AL-QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN
Tata Surya Matahari dan Planetnya
Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia. Sebagai contoh ayat di bawah:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini. Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu. “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

Langit yang mengembang (Expanding Universe)
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47). Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”. Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.

Gunung yang Bergerak
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]

14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak. Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan. Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30).
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13). Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an. “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22).

Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

Diselamatkannya Jasad Fir’aun

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]

Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.
Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).

Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan
Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]
Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.




PENUTUP
Bebicara tentang ilmu memang tidak ada batasannya. Tetapi kita dituntut untuk tyidak menelan mentah-mentah apa yang terdapat di dalam ilmu itu. Ilmu tersebut dapat membuat kita terperosok ke dalam lembah kenistaan jika kita tidak cermat untuk memilah-milah ilmu-ilmu positif yang ada.
Sekarang ini tidak sedikit ajaran-ajaran atau ilmu-ilmu menyimpang yang bertentangan dengan ajaran islam. Itu harus kita waspadai dan terus menambah keimanan agar kita tidak terjerumus kedalamnya. Ilmu-ilmu yang berkembang harus dikaji dan disesuaikan dengan Al-Qur’an ataupun hadirs agar kebenarannya benar-benar terjamin dan tidak merugikan banyak pihak.
Robbidzidni ‘ilman wardzukni fahman, “Ya Allah tambahilah ilmuku dan berilah kami pemahaman”. Akhir kata saya ucapakan terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.


DAFTAR PUSTAKA

1.       Zamawi, Somad. 2003. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Trisakti

2.       Latifah. 2004. Agama Islam Lentera Kehidupan. Jakarta: Yudhistira




No comments:

Post a Comment