LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan memang sangat penting bagi
manusia. Dalam islam manusia dituntut untuk menggunakan akal pikirannya agar
dapat berinovasi dan berkarya yang kemudian hasilnya diharapkan dapat
bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat luas.
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa
menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Itu menunjukkan betapa islam memberi
peluang besar bagi mereka yang berfikir. Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat
menbuat kehidupannya menjadi lebih baik baik di dunia maupun di akhirat
sebagimana dalam sebuah hadits yang artinya “Barangsiapa yang menghendaki dunia, maka hendaknya
dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki akherat, maka hendaknya dia
berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki dunia akherat, maka hendaknya dia
berilmu”.
Salah satu amalan yang dibawa ketika tiada
adalah ilmu yang bermanfaat. Oleh karena itu, perbanyaklah ilmu-ilmu yang
berguna baik untuk kehidupan dunia ataupun akhirat. Selain itu, Allah akan
meninggikan derajat orang yang berilmu.
Saya mengangkat tema ini kembali agar para
pembaca dapat mengetahui lebih mendalam pentingnya ilmu pengetahuan dalam
kehidupan kita. Dan saya berharap dengan membaca makalah saya, anda dapat
tergerak hatinya untuk lebih tekun menuntut ilmu karena ilmu tidak akan membuat
kita terperosok malah akan membawa kita ke dalam kesejahteraan di dunia maupun
akhirat. Dalam hal ini ilmu-ilmu yang positif.
PEMBAHASAN
Islam adalah agama yang mengajak manusia untuk memiliki dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bermanfaat
sekali untuk memajukan dan mempermudah kehidupan umat manusia. Orang yang
beiman dan berilmu di samping kehidupannya lebih baik juga derajatnya akan
ditinggikan oleh Allah SWT.
A. SUMBER DAN KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN
Sumber pengetahuan dalam islam adalah wahyu dan
akal pikiran manusia. Keduanya tidak bertentangan. Manusia dengan bebas dapat
mengembangkan akalnya, asal saja dalam pengembangan itu tetap terikat pada
wahyu dan tidak boleh bertentangan dengan syariat.
Dalam islam dikenal istilah ayat qauliyah dan ayat
kauniah. Ayat qauliyah terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang
merupakan firman atau wahyu Allah dan sabda Rasulullah SAW. Dari ayat ini akan
lahir ilmu-ilmu yang selama ini disebut dengan ilmu-ilmu agama seperti ilmu
tafsir, ilmu ushuluddin, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, ilmu hadist, dan lain-lain. Ayat
kauniah terdapat di alam raya ini dan merupakan ciptaan Allah SWT. Ayat
ini akan melahirkan berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang selama ini
dikenal dengan ilmu-ilmu umum seperti matematika, fisika, kimia, biologi,
farmasi, geografi, kedokteran, psikologi, antroplogi, sosiologi, politik,
ekonomi, teknik dan sebagainya. Dalam pandangan islam kedua ayat ini tidak
mungkin bertentangan karena berasal dari sumber yang sama. Firman Allah tidak
mungkin bertentangan dengan ciptaan-Nya. Bila kelihatan bertentangan perlu
dipahami mungkin ada sesuatu yang keliru atau kesalahan yang belum diketahui.
Berdasarkan kategori ayat, pada ayat qauliyah dan
kauniah seperti yang dijelaskan diatas, para ahli dalam konferensi pendidikan
islam sedunia tahun 1977 di Mekkah membagi ilmu menurut pandangan islam menjadi
dua, yaitu Perennial Knowledge atau
ilmu abadi acquired knowledge atau
ilmu perolehan. Yang dimaksud ilmu pengetahuan abadi adalah ilmu
yang langsung berasal dari wahyu Illahi yang diperjelas oleh sunnah Nabi
Muhammad yang sekarang dapat dikaji dari Al-Qurandan kitab-kitab Hadist yang shahih.
Yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan perolehan yaitu
ilmu-ilmu kealaman, ilmu-ilmu keterampilan (teknologi) dengan segala cabang dan
rantingnya.
Kedua macam ilmu ini harus menjadi materi
pendidikan islam agar manusia muslim memiliki wawasan hidup yang terpadu dan
menyeluruh. Semua kurikulum pendidikan islam seyogianya mencakup kedua ilmu
yang berasal dari kedua sumber tersenut diatas, Qur’an dan Sunnah serta semua
yang bisa diambil dari keduanya saja,
seperti yang dilaksanakan dalam sisitem pendidikan islam tradisional selama
ini. Dalam pendidikan yang berasalkan paham sekuler, perennial knowledge yang
berwujud wahyu tidak diakui sebagai ilmu. Dalam sisitem ini, wahyu Allah tidak
mendapat tempat di dunia pendidikan, karena tidak diakui sebagai sumber ilmu
pengetahuan. Bahkan dalam sistem pendidikan yang berdasarkan paham sekuler itu,
wahyu yang dipertentangkan dengan ra’yu, iman dipertentangkan dengan ilmu.
Menurut ajaran islam, ra’yu dan wahyu, akal dan
iman, ilmu dan agama, tidak boleh dipertentangkan atau dipisahkan. Kedua-duanya
mempunyai tempat yang tersendiri dalam pendidikan dan dalam kehidupan manusia.
Ra’yu atau akal tidak dapat disamakan dengan wahyu, apalagi diletakkan
diatasnya. Karena kemampuan ra’yu atau akal manusia itu terbatas, sedangkan
wahyu sebagai firman Allah tidak terbatas meliputi segala ruang dan waktu serta
menjadi dasar segala-galanya. Yang dapat dilakukan adalah membedakannya,
seperti yang telah dilakukan oleh Ibnu Khaldun dengan istilah aqal dan naqal,
atau AlGhazali dengan istilah ladunni dan insani atau oleh pemikir islam yakni
Nadjib Alatas dengan ilmu fardu’ain dan ilmu fardu kifayah atau, perennial
knowledge dan acquired knowledge oleh konferensi pendidikan islam sedunia tahun
1977.
Al-Qur’an sebagai wahyu Illahi harus menjadi
panduan dan rujukan semua ilmu perolehan manusia, karena wahyu Illahi itu
mengandung nilai yang dapat menuntun ilmu pengetahuan kepada yang lebih
bermanfaat. Dalam konferensi pendidikan islam sedunia yang diselenggarakan di
Islamabad Pakistan pada tahun 1980 tujuan pendiidkan islam untuk mencapai
pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia dalam segala aspeknya
secara spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal, baik secara individu maupun
secara kolektif disamping memotifasi semua aspek tersebut kearah kebaikan dan
kesempurnaan. Pembagian ilmu yang dikemukakan dalam Konferensi Pendidikan Islam
pertama di Mekkah perlu dijabarkan dalam kurikulum/silabus akan dilaksanakan
oleh Lembaga Pendidikan Islam.
Klasifikasi ilmu pengetahuan ke dalam ilmu
pengetahuan perennial dan acquired dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan
secara keseluruhan sebagai berikut:
1.
Kelompok
Pengetahuan Perennial adalah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, Sunnah,
sejarah islam dan bidang-bidang studi tambahan seperti metafisika Islam,
perbandingan agama dan kebudayaan Islam.
2.
Kelompok
Acquired Knowledge adalah mencakup ilmu-ilmu imajinatif, seperti kesenian dan
bahasa, ilmu-ilmu intelektual seperti filsafat, pendidikan, ekonomi, psikologi,
sosiologi, dan antropologi, ilmu-ilmu kealaman seperti fisika, kimia, biologi,
dan astronomi, ilmu-ilmu terapan seperti teknik sipil, mesin dan kedokteran dan
ilmu-ilmu praktis seperti ilmu administrasi, ilmu perpustakaan, dan ilmu
komunikasi.
B. DORONGAN ISLAM UNTUK BELAJAR DAN MENELITI
Dalam Islam belajar itu adalah kewajiban. Wahyu
pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW surat Al-‘Alaq (96): 1-5, mengandung
perintah Allah kepada manusia agar membaca, menulis dan meneliti. Membaca
adalah sarana untuk mengerti, memahami dan mengembangkan serta menyebarluaskan
ilmu pengetahuan. Membaca tidak hanya berarti membaca tulisan tetapi juga
memikirkan, merenungkan dan menganalisa kejadian-kejadian alam semesta.
Ayat-ayat
yang berhubungan dengan gejala alam semesta perlu dikaji lebih mendalam agar
manusia mendapat manfaat yang lebih besar dari ayat-ayat tersebut. Banyak sekali ayat-ayat yang mendorong
manusia supaya menggunakan akal, mengamati dengan benar, harus berfikir secara
mendalam, harus ada keinginan untuk bertanya dan mencari jawaban yang sesuai
dengan yang diamati. Di antara contoh ayat yang mendorong untuk meneliti dan
menggunakan nalar adalah Q.S Yunus (10): 101, artinya “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman”. Manusia diperintahkan oleh Allah untuk melihat semua yang
ada di langit dan di bumi dan menganalisisnya dengan nalar apa saja yang
dilihatnya. Hal-hal yang akan dianalisis ialah seperti yang disebutkan dalam
Q.S Ar-Ra’d (13): 3-4, artinya “Dan
Dialah Allah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasang, Allah
menutupkan malam kepada siang , sesungguhnya yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkannya. Dan di bumi itu
terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang-cabang, disirami dengan air yang
sama. Kami melebihkan sebagian tanaman itu atas sebagian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berfikir”.
Bagi orang
awam ayat-ayat tersebut pengertiannya cukup seperti yang tersurat, tetapi para
ilmuwan akan dapat mengungkapkan lebih banyak dan lebih mendalam lagi tentang
apa yang tersirat dalam kalimat ayat-ayat tersebut. Bila dipilah-pilah ayat
tersebut mengandung banyak petunjuk tentang prinsip-prinsip dasar ilmu bumi dan
ilmu pertanian.
Allah menegur
dan menanyakan tentang penggunaan nalar kita sebagai manusia serta memberikan
isyarat tentang hal-hal yang harus diperhatikan. Q.S Al-Ghaasyiyah (88): 17-20.
Artinya “Maka apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan, langit bagaimana ia ditinggikan,
gunung-gunung bangaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan”.
Kegiatan
penelitian adalah suatu kegiatan yang diperintahkan di dalam islam. Dengan
melakukan penelitian maka hal yang semula belum diketahui menjadi diketahui, hal-hal
yang semula nelum terungkap menjadi terungkap. Apabila seseorang dalam
melakukan penelitiannya menemukan hal-hal yang baru dan baik, maka orang
tersebut akan mendapatklan pahala dan penghargaan yang tinggi dari Allah SWT,
karena hasil penelitian itu akan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Ilmu
pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang sistematis dan dikumpulkan
melalui suatu proses pengkajian dengan metode tertentu dan dapat diterima oleh
rasio. Dalam ilmu pengetahuan kealaman misalnya orang mengumpulkan pengetahuan
itu dengan mengadakan pengamatan atau observasi, pengukuran atau pengumpulan
data dari alam sekitar, baik yang hidup maupun yang tidak bernyawa. Data yang
dikumpulkan dari berbagai observasi dan pengukuran pada gejala alamiahitu
dianalisa kemudian diambil kesimpulan yang dapat diistilahkan dengan intidhar
suatu kata yang ada hubungannya dengan nazhar dan semakna dengan nalar.
Teknologi
adalah penerapan ilmu pengetahuan secara sisitematis untuk mempengaruhi alam disekeliling
dalam suatu proses produktif ekonomis untuk menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi umat manusia.
C. FENOMENA ILMU PENGETAHUAN DALAM
AL-QUR’AN
Di antara ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan dan fakta ilmiah adalah:
1.
Penciptaan
alam semesta {QS.(21): 30, QS. (41): 11, QS. (11): 7, dan QS. (32): 4}
2.
Pengembangan
alam raya {QS.(51): 47}
3.
Pengaturan
alam raya {QS.(36): 38-40}
4.
Tata
air bumi {QS.(25): 53 dan QS.(55): 19-20}
5.
Atmosfer
bumi { QS.(6): 125 dan QS.(21): 32}
6.
Asal
mula kehidupan {QS.(20): 53 dan QS.(24): 45}
7.
Alam
tumbuh-tumbuhan {QS.(16): 10-11, QS.(6): 99, QS.(50): 9-11, QS.(13): 4, QS.(6):
95 dan QS.(36): 36}
8.
Alam
binatang {QS.(16): 5-8, QS.(6): 38, dan QS.(16): 68-69}
9.
Reproduksi
manusia {QS.(23): 12-14, QS.(71): 14, QS.(82): 6-7, QS.(76): 2 dan QS.(32): 9}
Para ilmuwan telah mengemukakan temuan-temuan
ilmiahnya. Sebagian besar temuan tersebut sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
Walupun banyak temuan dan teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan dan
tidak bertentangan dengan ayat Al-Qur’an namun perlu disadari bahwa salah satu
ciri ilmu pengetahuan yang tidak dapat diingkari meskipun oleh para ilmuwan
adalah bahwa ia tidak kekal.
D.
SIKAP POSITIF TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
Agama islam mewajibkan manusia untuk menggunakan
potensi akal pikirannya agar dapat berfikir tentang segala sesuatu dan
melakukan beragam hal sehingga dapat menghasilkan karya yang bermanfaat bagi
kehidupan umat manusia itu sendiri. Prilaku yang menunjukkan sikap positif
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain sebagai berikut:
1.
Mencintai
ilmu pengethuan dengan menguasai informasi
2.
Membuka
diri dan wawasan dengan membaca sebanyak mungkin serta mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan tekun.
3.
Gemar
membuat kumpulan informasi yang telah diperoleh yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4.
Menyebarluaskan
ilmu pengetahuan yang diperoleh kepada masyarakat luas dan memberi contoh
positif dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Selalu
mengingat Allah dan mensyukuri nikmat-Nya atas dirinya.
6.
Terus
berinovasi dan meneladani orang-orang berilmu atau orang-orang yang telah
sukses di bidang positif.
7.
Mengaplikasikan
hasil dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah didapatnya dalam kehidupan
agar bermanfaat bagi kehidupan masyarakat luas.
8.
Bersikap
tawadu atau rendah hati meskipun telah mencapai keberhasilan.
E.
KEAJAIBAN AL-QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN
 |
Tata Surya Matahari dan Planetnya |
Benar
kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata
ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan
belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari
mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini
ditemukan oleh manusia. Sebagai contoh ayat di bawah:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat
itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata
ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta
(bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang
ini. Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel
satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu
indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan.
Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala
merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam
garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
Disebutkan
pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam
garis edar tertentu. “Dan matahari berjalan di tempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
(Al Qur’an, 36:38)
Langit yang mengembang (Expanding Universe)
Dalam
Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini: “Dan langit itu Kami bangun
dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al
Qur’an, 51:47). Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan
yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Sejak
terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga
awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu
kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang
dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta
sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”. Pada
awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga
dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit
dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa
bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Gunung yang Bergerak
“Dan
kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]
14
abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun
dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak. Gerakan gunung-gunung ini
disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti
mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk
pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener
mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal
bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah
ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para
ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni
50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam
sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh
tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang
dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan. Sekitar
180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya
bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah
Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa
kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali
India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi
menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua
yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi
secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga
menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di
Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang
dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini
sebagaimana berikut:
Kerak
dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas
lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan
beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik,
lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar
lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm
per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan
menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun,
misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets,
Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton,
Massachusetts, 1985, s. 30).
Ada
hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah
telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan.
(Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan
mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers
of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13). Tidak
dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah
ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al
Qur’an. “Dan Kami telah meniupkan
angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri
minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al
Qur’an, 15:22).
Ramalan
Kemenangan Romawi atas Persia
“Alif, Lam, Mim. Telah
dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan
itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan
sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat
ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah
kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium
kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium
dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita
kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk
mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali.
Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi
ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga
mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah
memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan
dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak
melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik
keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang
semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold,
A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997,
s. 287-299.)
Diselamatkannya Jasad Fir’aun
“Maka pada hari ini Kami
selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu” [QS 10:92]
Maurice Bucaille
dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia
menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya.
Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini
adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar
Nabi Musa as.
Injil
& Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran
yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga
bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan
bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak
ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau
(karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid,
yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni
tahun 1817. Namun Al-Quran bisa
menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).
Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan
Al
Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan,
juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan
batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi
dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin
36:36]
Kita
dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia
tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak
mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik
dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda
mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang
dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak
menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun
gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau
jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam
ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari
ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan
bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang
fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa
materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki
sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi,
elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta
ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel
dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada
kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam
vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua
ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh
meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian
“dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas
bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al
Qur’an diturunkan.
PENUTUP
Bebicara tentang
ilmu memang tidak ada batasannya. Tetapi kita dituntut untuk tyidak menelan
mentah-mentah apa yang terdapat di dalam ilmu itu. Ilmu tersebut dapat membuat
kita terperosok ke dalam lembah kenistaan jika kita tidak cermat untuk
memilah-milah ilmu-ilmu positif yang ada.
Sekarang ini
tidak sedikit ajaran-ajaran atau ilmu-ilmu menyimpang yang bertentangan dengan
ajaran islam. Itu harus kita waspadai dan terus menambah keimanan agar kita tidak
terjerumus kedalamnya. Ilmu-ilmu yang berkembang harus dikaji dan disesuaikan
dengan Al-Qur’an ataupun hadirs agar kebenarannya benar-benar terjamin dan
tidak merugikan banyak pihak.
Robbidzidni
‘ilman wardzukni fahman, “Ya Allah tambahilah ilmuku dan berilah kami
pemahaman”. Akhir kata saya ucapakan terima kasih atas perhatian dan
partisipasinya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Zamawi,
Somad. 2003. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Universitas Trisakti
2.
Latifah.
2004. Agama Islam Lentera Kehidupan. Jakarta: Yudhistira