Thursday, October 18, 2012

Feeling so lucky..

2 bulan 19 hari di Indonesia Mengajar..

Penuh rasa..


manis pahit bahkan tanpa rasa terus ada setiap hari..
aku melewati itu dengan senyum :)
walau terkadang emosi menyulutkan amarah..


Tidak hanya rasa, pengetahuanpun bertambah..
dari berbagai sisi mereka berebut masuk ke dalam otakku..


Disinilah aku belajar..
Banyak hal..


Terutama kedewasaan..




Tuesday, October 16, 2012

Feel it more!


Memasuki minggu kelima Pelatihan Intensif Calon Pengajar Muda V.  Sudah banyak sekali ilmu yang mereka dapat sampai saat ini. Inilah bekal yang akan mereka bawa untuk bersama-sama dengan masyarakat di daerah menyelesaikan problematika pendidikan yang kian hari kian rumit. Namun bukan hanya soal pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pengajar Muda. Banyak aspek, salah satunya kepemimpinan. Pengajar Muda harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Inilah yang coba di gembleng saat Pelatihan Intensif. Forum Leadership minggu ini akan dikemas sangat sederhana dan menarik oleh Rene Suhardono dan Budiono Dharsono.
Rene Suhardono, seorang Career Coach dan penulis buku “Your Job is NOT You Career”. Rene berbagi bagaimana “Passion” akan mengubah hidup kita menjadi lebih berenergi. Forum dibuka dengan membagikan buku terbarunya berjudul “Ultimate U”, memunculkan kembali semangat yang mungkin sempat hilang beberapa hari belakangan. Banyak persepsi berbeda mengenai passion dalam diri calon Pengajar Muda V ini, Rene mencoba menyamakannya, tentu dengan gaya berbicara yang khas dan ekspresif. “Passion is activity” ungkap  Rene saat memulai sharing. Passion bukan hanya sekedar keinginan akan suatu hal, tapi lebih dari itu, passion adalah aktivitas yang memunculkan energi, tidak terasa jika telah menyelesaikannya, selalu merasa senang melakukannya. “Passion without creation is nothing” lanjut Rene. Menemukan passion bukan perkara mudah. “Selalu jujur terhadap apa yang dirasakan, keberanian melakukan sesuatu, dan peduli” itulah kiat jitu menemukan passion. Selain itu, Rene menyuguhkan pentingnya mengetahui apa “Purpose” hidup kita. “Purpose is not about destination, its about direction” lanjutnya. Banyak pertanyaan yang diajukan calon Pengajar Muda V ini, mereka sepertinya sangat sadar betul bahwa passion akan membawa ketulusan dan penuh kebahagiaan. “Passion saya dari dulu memang mengajar. Saya sudah menjadi guru.  Dan ikut Indonesia Mengajar ini saya semakin sangat mendalami bagaimana mengajar yang benar-benar dengan hati dan menjadi guru yang bisa menggali potensi anak” tutur Aci, salah satu calon Pengajar Muda V yang semakin yakin akan passionnya.
Forum Leadership dilanjutkan oleh Budiono Dharsono, CEO Detik.com. Antusias para calon Pengajar Muda tampak semakin besar. Beliau membuka sesi dengan sangat ramah dan hangat. Beliau berbagi cerita mengenai perkembangan teknologi informasi serta bagaimana Ia membangun Detik.com dari awal hingga sampai sebesar sekarang. Kecintaannya dalam dunia jurnalistik sudah tumbuh sejak masih duduk di bangku SMA, tulisan-tulisannya sering dimuat di surat kabar. Hanya bermodal tape recorder, pada tanggal 9 Juli 1998, Ia bersama teman-teman seidenya mampu membuat Detik.com sebagai surat kabar online yang disajikan secara ringan dan continue.
Tidak mudah mensosialisasikan Detik.com ke khalayak karena memang saat itu internet belum menjadi hal yang lumrah. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, Detik.com mampu menjadi pioner surat kabar online yang selalu menjadi nomor satu dalam penyajian suatu berita. Satu singkatan yang menjadi andalan beliau yaitu ATM (Amati Tiru Modifikasi). “Dengan ATM, sesuatu yang sepertinya baru padahal itu meniru dan memodifikasi, hasilnya akan jauh lebih bagus karena punya basic yang sudah terbangun dari yang kita tiru” tutur Aci.
“Kedua sesi ini saling berkaitan. Rene lebih memotivasi kita untuk bisa mempunyai passion yang diwujudnyatakan dalam tindakan. Kemudian Pak Budiono langsung mewujudnyatakan apa yang menjadi passionnya yaitu dunia Jurnalis” ungkap Aci. “Setelah ikut sesi Rene dan Pak Budiono tadi, saya jadi ingin bertindak nyata dalam dunia pendidikan” lanjutnya.
Senada dengan Aci, Vino, yang juga salah satu calon Pengajar Muda V mengaku sesi Rene sangat membuka wawasannya terhadap passion, “Aku jadi tahu passion itu sebenernya apa, kirain itu cuma keinginan kita, kamauan kita, dan kita nyaman melakukan itu”. “Jadi sadar, apa yang kita pengen belum tentu passion kita, makin jelas sekarang ini, bisa meyakinkan diri saya sendiri lagi kalau memang passion saya disini” ungkap Vino setelah mengikuti sesi forum Leadership ini. “Lakuin aja apa yang kamu pengen lakuin, semua kebaikan itu pasti akan datang setelahnya” pesan Vino.



Igna - Internship Indonesia Mengajar


Wednesday, October 3, 2012

Mereka Inspirasiku! Ayo bergerak, lakukan sesuatu!


Pelatihan Intensif Indonesia Mengajar memasuki pekan kedua, ada yang menarik dari sesi forum leadership pekan ini, menghadirkan Amilia Agustin dan Leonardo Kamilius. Kenal dengan mereka? Beberapa orang mungkin asing ketika mendengar namanya, tapi jika diceritakan dedikasi yang mereka lakukan untuk bangsa ini, pastilah banyak yang berkata “oooh! Saya tahu!”.
Amilia Agustin, gadis berusia 16 tahun ini punya julukan “Ratu Sampah”. Ami, begitu ia disapa, berbagi pengalamannya menyulap sampah manjadi beraneka barang yang punya nilai jual tinggi. Ia sangat senang berbagi, menurutnya “Yang terpenting saat kita berbagi bersama orang lain jangan tanya siapa dia, apakah kita kenal dengan dia, apakah kita ingin tetap berbagi, karena bagaimana kita bisa berkata bahwa itu bukan urusan kita sementara mereka juga terlahir dari tanah yang sama dengan kita”. Kita bisa lihat ketulusan di rentetan kalimat itu. Ami selalu menanamkan hal tersebut dalam hatinya.
Dimulai sejak masih duduk dibangku SMP, inisiatifnya memilah sampah organik dan non-organik disepakati beberapa temannya. Aktifitaspun rutin dilakukan, plastik-plastik sampah dikumpulkan untuk didaur ulang, sedangkan sampah rumah tangga diolah kembali menjadi pupuk kompos. Ejekan kadang terdengar di telinganya dan Ami hanyalah gadis biasa yang juga kadang mengeluh. Ketika itu ia selalu ingat petuah ibunya, “Kalau kamu mengeluh sudah banyak tetapi yang kamu lakukan baru sedikit, itu tidak sebanding, yang harus anak muda lakukan justru melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan dimasa tua nanti”. Suntikan semangat seakan tertancap ditubuhnya.
Ada ungkapan menarik dari Ami yang mungkin cukup menggentarkan hati, “Jika kita bukan orang sembarangan, jangan buang sampah sembarangan “.
Pengalaman Ami ini seakan menjadi cambukan semangat untuk para calon Pengajar Muda. Ia yang masih belia bahkan telah memaknai hidup dengan kebermanfaatan dirinya di mata orang lain. “Lalu apa yang telah saya lakukan sampai usia saya selama ini?”, “Apakah saya sudah bermanfaat untuk orang lain?”, mungkin itu yang ada di pikiran mereka saat mendengar Ami bercerita. Calon Pengajar Muda adalah sarjana terbaik di bidangnya yang telah diseleksi untuk mengikuti program Indonesia Mengajar. Banyak diluar sana sarjana-sarjana yang belum bisa memberikan manfaat dari ilmunya, menurut Ami, “mereka rata-rata kecerdasan ilmunya tidak dibarengi dengan kecerdasan emosional, jadi rata-rata mereka baik untuk dirinya sendiri, pintar untuk dirinya sendiri, bahkan cenderung memikirkan kemapanan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain makan atau ngga, tidur enak seperti kita atau ngga. Jadi terkadang kepedulian itu kalah dengan setan-setan ilmu yang berkeliaran”. Sudah saatnya kita memaknai hidup bukan untuk diri sendiri.
Kehadiran Ami sangatlah menginspirasi, dan bisa menjadi bahan cerita untuk anak-anak di seluruh pelosok negeri. Suatu saat, jika semesta mendukung, sosoknya akan diteruskan oleh anak-anak pelosok sana. “Tetap semangat. Disana nanti bertemu dengan anak-anak yang hebat. Jadikanlah anak-anak itu sebagai inspirasi kakak-kakak untuk terus berkarya. Jangan mudah lelah, jangan mudah putus asa, karena keikhlasan dalam setiap perbuatan akan terus membuat kita semangat dan akan terus membuat kita senang”, pesan Ami untuk para calon Pengajar Muda V.
Kembali, kisah inspiratif datang dari Leonardo Kamilius. Usianya 26 tahun. Leon, sapaannya, adalah lulusan cumlaude Universitas Indonesia. Ia meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai business analyst di McKinsey dan mendirikan “Koperasi Kasih Indonesia (KKI)” yang berada di Cilincing, Jakarta Utara. Kata “Kasih” dipakai Leon karena ia ingin berbagi kasih, berbuat baik kepada sesama. Koperasi ini melakukan tiga poin, yaitu: memberikan pinjaman modal ringan tanpa jaminan, menyediakan fasilitas menabung, serta memberikan pendidikan keuangan.
 “Banyak orang-orang mampu, mereka ngga berkembang untuk jadi sejahtera bukan ngga ada kesempatan. Kan keberhasilan adalah ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan”, lanjutnya. Bagi Leon, sharing pengetahuan bisnis sosial ke para calon Pengajar Muda V seperti ini sangat penting. “Saya berpikir untuk memberikan opsi ini di pikiran teman-teman karena sesudah kembali ada yang jadi professional. Dan bisnis sosial perlu seseorang yang idealis dan juga punya kemampuan berbisnis, dan mungkin itu bisa pas dengan teman-teman Indonesia Pengajar”.
“Tulus mau berbuat, tulus mau memberikan diri kita buat mereka, pasti dengan otomatis kita akan lebih rendah hati, lebih mudah beradaptasi, lebih mau mendengar. Jagalah semangat awalnya mau bergabung itu. Karena semangat meskipun didalam akan memancar keluar dalam hal sikap, kata-kata. Dan itu akan menguatkan teman-teman ketika sulit, ingat bahwa ini adalah pilihannya teman-teman untuk membantu. Jadi secara sadar mengambil keputusannya harus konsekuen”, pesannya. “Intinya jaga idealis dan ketulusan itu” lanjut Leon.
Hampir dua minggu mereka menjalani pelatihan intensif, ini artinya dua minggu pula mereka bersama, berbagi, bersenda-gurau. Berangkat dari latar belakang yang berbeda, dari motivasi yang berbeda pula, mereka berkumpul mengikuti pelatihan ini untuk dikirim ke daerah penempatan sebagai agent of change.  Kerinduan akan tempat tinggal dan orang terkasih seakan menjadikan mereka semakin dan semakin semangat menjalaninya. Setahun bukan waktu yang lama dan ini adalah sebuah kehormatan untuk bisa membuka jendela pengetahuan dan menemukan mutiara di seluruh pelosok Indonesia.



-Igna. Tim PPL Indonesia Mengajar Div. Community Engagement-
-sebagai salahsatu tugas untuk dokumentasi training