Monday, April 16, 2012

Variabel dan Aplikasi Teori Pembelajaran


A.   TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN

Pembelajaran dilakukan dengan mempertimbangkan tiga variabel, yaitu :
1.      Kondisi
2.      Metode atau Perlakuan
3.      Hasil

Kondisi pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran meliputi: karakteristik pemelajar (fisik & psikis), karakteristik pelajaran (sifat, keluasaan, peringkat, dll), dan hambatan (diluar diri pemelajar seperti sarana, waktu, dll). Variabel kondisi pembelajaran dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.      Tujuan pembelajaran
2.      Kendala pembelajaran
3.      Karakteristik peserta didik
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan.
Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia, dan uang.
Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik seperi bakat, motivasi, prestasi belajar yang telah dimilikinya.  
Gagne dan Brigs mempreskripsikan kondisi belajar yang berbeda untuk setiap kategori kapabilitas. Kondisi belajar ini sangat penting bagi rancangan pembelajaran bahwa setiap kapabilitas memperlihatkan unjuk kerja yang berbeda. Mereka membedakan 2 jenis kondisi belajar yaitu kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal.  Kondisi belajar internal mengacu kepada mperolehan dan penyimpanan kapabilitas-kapabilitas yang telah dipelajari pebelajar yang mendukung belajar kapabilitas lainnya. Kondisi belajar eksternal mengacu kepada berbagai cara yang dirancang untuk memudahkan proses internal dalam diri pebelajar ketika belajar.

Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Dalam praktek pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran dan penerapannya. Terdapat sebelas metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Kesebelas metode pembelajaran tersebut adalah:
1.      Metode Proyek
Metode ini bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara komprehensif dan bermakna.
2.      Metode Eksperimen
Metode ini mengedepankan aktivitas percobaan, sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
3.      Metode Tuga/Resitasi
Metode ini guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
4.      Metode Diskusi
Metode ini siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dipecahkan bersama.
5.      Metode Sosiodrama
Metode ini siswa mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
6.      Metode Demonstrasi
Metode ini mengedepankan peragaan atau mempertunjukkan pada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
7.      Metode Problemsolving
Metode ini mengedepankan metode berfikir untuk menyelesaikan masalah dan didukung dengan data-data yang ditemukan.
8.      Metode Karyawisata
Metode ini mengajak siswa keluar kelas dan meninjau atau mengunjungi objek-objek lainnya sesuai dengan kepentingan pembelajaran.
9.      Metode Tanya-Jawab
Metode ini menggunakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para siswa.
10.  Metode Pelatihan
Metode ini dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu yang baik atau menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
11.  Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode tradisional karena sejak lama metode ini digunakan para pengajar. Namun demikian metode ini tetap memiliki fungsinya yang penting untuk membangun komunitas antara pemelajar dan pembelajar.
Dari beberapa penjelasan diatas bahwa betapa banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh seorang guru atau tenaga pengajar, karena itu dalam penerapannya diperlukan kreatifitas dan variasi dalam menggunakan metode pembelajaran.
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1.      Keefektifan pembelajaran
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian pebelajaran . ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan pembelajaran yaitu kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari atau disebut juga dengan tingkat kesalahan, kecepatan unjuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
2.      Efisiensi pembelajaran
Biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
3.      Daya tarik pembelajaran
Biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan pebelajar untuk tetap/belajar.



B.   APLIKASI TEORI-TEORI PEMBELAJARAN

I.      Aplikasi teori pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Aplikasi teori pembelajaran kooperatif contohnya siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Meningkatkan  kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

II.    Aplikasi Teori Pembelajaran Gagne dan Briggs
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan pada yang lebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi(belajar aturan danpemecahan  masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
Teori pembelajaran yang dikembangkannya mempreskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian pembelajaran atau urutan pembelajaran.

a.        Kapabilitas Belajar
Untuk keperluan merancang pembelajaran, Gagne (1985) mengemukakan 5 kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu :
1.      Informasi verbal, pebelajar telah belajar informasi verbal apabila ia dapat mengingat kemnali informasi itu. Indikator yang dpat dipakai untuk menunjukan kapabilitas ini, berupa : menyebutkan, menuliskan informasi seperti nama, kalimat, alasan, proporsi, atau seperangkat proporsi yang terkait.
2.      Keterampilan intelektual , kapabilitas dalam menggunakan simbul untuk mengorganisi dan berinteraksi dengan lingkungan. Dua bentuk simbul, bahasa dan angka dapat digunakan dalam berbagai kegiatan seperti, membaca, menulis, membedakan, menggabungkan, mengkalisfikasi dst. Penggunaan simbul-simbul untuk mendeskriminasi, membentuk konsep dan kaidah, serta memcahkan maslah menghasilkan apa yang disebut dengan keterampilan intelektual.
3.      Strategi kognitif , pebelajar telah belajar strategi kognitif apabila ia telah mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses berpikir dan proses belajarnya. Demikian juga apabila dapat belajar secara mandiri serta dapat menemukan dan sekligus memecahkan masalah-masalah baru. Menganalisa suatu masalah menjadi masalah-masalah yang lebih rinci, merangkum isis buku teks dan menggunakan cara mnemonik, merupakan contoh dari strategi kognitif.
4.      Sikap, sikap adalah keadaan mental yang kompleks dari pebelajar yang dapat mempengaruhi pilihannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pribadi terhadap orang lain, benda dan peristiwa. Pebelajar telah memiliki sikap apabila telah memilih melakukan tindakn yang sama untuk situasi yang berulang. Perilaku yang ditunjukan pada satu situasi tidak dapat dijadikan indikator sikap. Sikap hanya nampak apabila ada perilaku yang konsisten dalam berbagai situasi yang berupa.
5.      Keterampilan motorik, pebelajar telah mengembangkan keterampilan motorik apabila ia telah menampilakan gerakan-gerakan fisik dalam menggunakan bahan-bahan atau peralatan-peralatan menurut prosedur yang semestinya. Lebih umum, pabila ia ia mampu melakukan gerakan dalam berbagai tindakan motorik yang terorganisasi. Mengendarai mobil, melempar bola, menulis surat, merupakan contoh dari keterampilan motorik.

b.       Peristiwa Pembelajaran

1)      Menarik perhatian (Gaining Attention)
Upaya cara untuk menarik perhatian siswa .
2)      Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada pembelajar (informing learner of the objectives)
3)      Merangsang ingatan pada prasyarat belajar (stimulating recall of prior learning)
4)      Menyajikan bahan perangsang (presenting stimulus)
5)      Memberikan bimbingan belajar (providing learning guidance)
6)      Mendorong untuk kerja (eliciting performance)
7)      Memberikan balikan informative (providing feedback)
8)      Menilai untuk kerja (assessing performance)
9)      Meningkatkan retensi dan alih belajar (enhancing retention and transfer)

c.       Pengorganisasian Pembelajaran




III.     Aplikasi Teori Pembelajaran Elaborasi
Aplikasi dari teori elaborasi dapat dianalogikan dengan menggunakan suatu lensa zoom kamera seseoarang biasanya akan mulai dengan pandangan yang menyeluruh, yang menunjukan bagian-bagian utama dari suatu gambar dan hubungan-hubungan utama diantara bagian-bagian gambar itu. (Misalnya komposisi atau keseimbangan gambar itu) tanpa memberikan perhatian khusus pada hal-hal yang rinci. Setelah gambaran menyeluruh diperoleh, baru kemudian mengarahkan perhatian kepada suatu bagian dan terus kebagian-bagian utama lainnya. Memberikan perhatian kepada suatu bagian akan memungkinkan seseorang melihat sub bagian utama dari bagian itu, dan sekaligus hubungan-hubungan yang ada diantara sub-sub bagian.
Pada langkah ini beberapa kemungkinan dapat dilakukan. Seseorang dapat mengamati  sesuatu tingkat kerincian yang sama untuk suatu bagian dengan bagian lain dari gambar itu, atau ia dapat memberi perhatian pada bagian yang lebih kecil,agar mendapatkan gambaran yang lebih rinci atau ia dapat melakukan pengamatan balik keseluruh gambar untuk melihat kembali  kaitan dari bagian itu dengan bagian yang lain dalam seluruh gambar. Dalam hal ini, seseorang dpat diarahkan untuk mengikuti pola tertentu, atau dapat diberikan peluang untuk mengikuti suatu pola-pola tertentu dari sejumlah kemungkinan atau ia dapat diberikan kebebasan mutlak untuk mengikuti pola yang dipilih.
Setelah melakukan pengamatan pada bagian-bagian yang rinci dari bagian tertentu, seseorang perlu melakukan pengamatan balik untuk melihat keseluruhan bagian itu. Ini dilakukan dalm rangka mensintesiskan bagian-bagian rinci yang tercakup dalam bagian itu sehingga terlihat keterkaiatan yang ada diantarannya.

IV.     Aplikasi Teori Humanistik terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.      Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.      Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.      Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.      Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6.      Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.      Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.      Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

V.   Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1.      Mementingkan pengaruh lingkungan
2.      Mementingkan bagian-bagian
3.      Mementingkan peranan reaksi
4.      Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
5.      Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
6.      Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
7.      Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

No comments:

Post a Comment