A. TIGA
VARIABEL PEMBELAJARAN
Pembelajaran
dilakukan dengan mempertimbangkan tiga variabel, yaitu :
1. Kondisi
2. Metode
atau Perlakuan
3. Hasil
Kondisi pembelajaran
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil
pembelajaran. Kondisi pembelajaran meliputi: karakteristik pemelajar (fisik
& psikis), karakteristik pelajaran (sifat, keluasaan, peringkat, dll), dan
hambatan (diluar diri pemelajar seperti sarana, waktu, dll). Variabel kondisi
pembelajaran dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Tujuan
pembelajaran
2. Kendala
pembelajaran
3. Karakteristik
peserta didik
Tujuan
pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil
pembelajaran apa yang diharapkan.
Kendala
adalah keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia, dan uang.
Karakteristik
peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan peserta didik seperi bakat, motivasi, prestasi belajar yang telah
dimilikinya.
Gagne
dan Brigs mempreskripsikan kondisi belajar yang berbeda untuk setiap kategori
kapabilitas. Kondisi belajar ini sangat penting bagi rancangan pembelajaran
bahwa setiap kapabilitas memperlihatkan unjuk kerja yang berbeda. Mereka
membedakan 2 jenis kondisi belajar yaitu kondisi belajar internal dan kondisi
belajar eksternal. Kondisi belajar
internal mengacu kepada mperolehan dan penyimpanan kapabilitas-kapabilitas yang
telah dipelajari pebelajar yang mendukung belajar kapabilitas lainnya. Kondisi
belajar eksternal mengacu kepada berbagai cara yang dirancang untuk memudahkan
proses internal dalam diri pebelajar ketika belajar.
Metode pembelajaran
adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda
dibawah kondisi yang berbeda. Dalam praktek pembelajaran terdapat beragam jenis
metode pembelajaran dan penerapannya. Terdapat sebelas metode pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Kesebelas metode pembelajaran
tersebut adalah:
1. Metode
Proyek
Metode ini bertitik tolak dari
suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga
pemecahannya secara komprehensif dan bermakna.
2. Metode
Eksperimen
Metode ini mengedepankan aktivitas
percobaan, sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari.
3. Metode
Tuga/Resitasi
Metode ini guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
4. Metode
Diskusi
Metode ini siswa dihadapkan pada
suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dipecahkan bersama.
5. Metode
Sosiodrama
Metode ini siswa mendramatisasikan
tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
6. Metode
Demonstrasi
Metode ini mengedepankan peragaan atau
mempertunjukkan pada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan.
7. Metode
Problemsolving
Metode ini mengedepankan metode
berfikir untuk menyelesaikan masalah dan didukung dengan data-data yang
ditemukan.
8. Metode
Karyawisata
Metode ini mengajak siswa keluar
kelas dan meninjau atau mengunjungi objek-objek lainnya sesuai dengan
kepentingan pembelajaran.
9. Metode
Tanya-Jawab
Metode ini menggunakan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para siswa.
10. Metode
Pelatihan
Metode ini dimaksudkan untuk
menanamkan sesuatu yang baik atau menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
11. Metode
Ceramah
Metode ini merupakan metode tradisional
karena sejak lama metode ini digunakan para pengajar. Namun demikian metode ini
tetap memiliki fungsinya yang penting untuk membangun komunitas antara
pemelajar dan pembelajar.
Dari
beberapa penjelasan diatas bahwa betapa banyak metode pembelajaran yang bisa
digunakan oleh seorang guru atau tenaga pengajar, karena itu dalam penerapannya
diperlukan kreatifitas dan variasi dalam menggunakan metode pembelajaran.
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang
dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode
pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Keefektifan
pembelajaran
Keefektifan pembelajaran biasanya
diukur dengan tingkat pencapaian pebelajaran . ada 4 aspek penting yang dapat
dipakai untuk mempreskripsikan pembelajaran yaitu kecermatan penguasaan prilaku
yang dipelajari atau disebut juga dengan tingkat kesalahan, kecepatan unjuk
kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
2. Efisiensi
pembelajaran
Biasanya diukur dengan rasio antara
keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan/atau jumlah biaya
pembelajaran yang digunakan.
3. Daya
tarik pembelajaran
Biasanya diukur dengan mengamati
kecenderungan pebelajar untuk tetap/belajar.
B. APLIKASI TEORI-TEORI PEMBELAJARAN
I. Aplikasi teori pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw
Aplikasi teori pembelajaran
kooperatif contohnya siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap
anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang
diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Keunggulan kooperatif tipe jigsaw
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Meningkatkan kerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan
Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang
memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki
tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk
mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
II.
Aplikasi Teori Pembelajaran Gagne dan
Briggs
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong
guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya
belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi
pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual.
Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai
dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan
pada yang lebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi
verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih
tinggi(belajar aturan danpemecahan
masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi
stimulus respon.
Teori pembelajaran yang
dikembangkannya mempreskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan kapabilitas
belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian pembelajaran atau urutan
pembelajaran.
a.
Kapabilitas
Belajar
Untuk keperluan
merancang pembelajaran, Gagne (1985) mengemukakan 5 kategori kapabilitas yang
dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu :
1. Informasi
verbal, pebelajar telah belajar informasi verbal apabila ia dapat mengingat
kemnali informasi itu. Indikator yang dpat dipakai untuk menunjukan kapabilitas
ini, berupa : menyebutkan, menuliskan informasi seperti nama, kalimat, alasan,
proporsi, atau seperangkat proporsi yang terkait.
2. Keterampilan
intelektual , kapabilitas dalam menggunakan simbul untuk mengorganisi dan
berinteraksi dengan lingkungan. Dua bentuk simbul, bahasa dan angka dapat
digunakan dalam berbagai kegiatan seperti, membaca, menulis, membedakan,
menggabungkan, mengkalisfikasi dst. Penggunaan simbul-simbul untuk
mendeskriminasi, membentuk konsep dan kaidah, serta memcahkan maslah
menghasilkan apa yang disebut dengan keterampilan intelektual.
3. Strategi
kognitif , pebelajar telah belajar strategi kognitif apabila ia telah
mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses
berpikir dan proses belajarnya. Demikian juga apabila dapat belajar secara
mandiri serta dapat menemukan dan sekligus memecahkan masalah-masalah baru. Menganalisa
suatu masalah menjadi masalah-masalah yang lebih rinci, merangkum isis buku
teks dan menggunakan cara mnemonik, merupakan contoh dari strategi kognitif.
4. Sikap,
sikap adalah keadaan mental yang kompleks dari pebelajar yang dapat
mempengaruhi pilihannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pribadi
terhadap orang lain, benda dan peristiwa. Pebelajar telah memiliki sikap
apabila telah memilih melakukan tindakn yang sama untuk situasi yang berulang.
Perilaku yang ditunjukan pada satu situasi tidak dapat dijadikan indikator
sikap. Sikap hanya nampak apabila ada perilaku yang konsisten dalam berbagai
situasi yang berupa.
5. Keterampilan
motorik, pebelajar telah mengembangkan keterampilan motorik apabila ia telah
menampilakan gerakan-gerakan fisik dalam menggunakan bahan-bahan atau
peralatan-peralatan menurut prosedur yang semestinya. Lebih umum, pabila ia ia
mampu melakukan gerakan dalam berbagai tindakan motorik yang terorganisasi.
Mengendarai mobil, melempar bola, menulis surat, merupakan contoh dari
keterampilan motorik.
b.
Peristiwa
Pembelajaran
1) Menarik
perhatian (Gaining Attention)
Upaya cara untuk menarik perhatian
siswa .
2) Memberitahukan
tujuan pembelajaran kepada pembelajar (informing learner of the objectives)
3) Merangsang
ingatan pada prasyarat belajar (stimulating recall of prior learning)
4) Menyajikan
bahan perangsang (presenting stimulus)
5) Memberikan
bimbingan belajar (providing learning guidance)
6) Mendorong
untuk kerja (eliciting performance)
7) Memberikan
balikan informative (providing feedback)
8) Menilai
untuk kerja (assessing performance)
9) Meningkatkan
retensi dan alih belajar (enhancing retention and transfer)
c.
Pengorganisasian
Pembelajaran
III. Aplikasi
Teori Pembelajaran Elaborasi
Aplikasi
dari teori elaborasi dapat dianalogikan dengan menggunakan suatu lensa zoom
kamera seseoarang biasanya akan mulai dengan pandangan yang menyeluruh, yang
menunjukan bagian-bagian utama dari suatu gambar dan hubungan-hubungan utama
diantara bagian-bagian gambar itu. (Misalnya komposisi atau keseimbangan gambar
itu) tanpa memberikan perhatian khusus pada hal-hal yang rinci. Setelah
gambaran menyeluruh diperoleh, baru kemudian mengarahkan perhatian kepada suatu
bagian dan terus kebagian-bagian utama lainnya. Memberikan perhatian kepada
suatu bagian akan memungkinkan seseorang melihat sub bagian utama dari bagian
itu, dan sekaligus hubungan-hubungan yang ada diantara sub-sub bagian.
Pada
langkah ini beberapa kemungkinan dapat dilakukan. Seseorang dapat mengamati sesuatu tingkat kerincian yang sama untuk
suatu bagian dengan bagian lain dari gambar itu, atau ia dapat memberi
perhatian pada bagian yang lebih kecil,agar mendapatkan gambaran yang lebih
rinci atau ia dapat melakukan pengamatan balik keseluruh gambar untuk melihat
kembali kaitan dari bagian itu dengan
bagian yang lain dalam seluruh gambar. Dalam hal ini, seseorang dpat diarahkan
untuk mengikuti pola tertentu, atau dapat diberikan peluang untuk mengikuti
suatu pola-pola tertentu dari sejumlah kemungkinan atau ia dapat diberikan
kebebasan mutlak untuk mengikuti pola yang dipilih.
Setelah
melakukan pengamatan pada bagian-bagian yang rinci dari bagian tertentu,
seseorang perlu melakukan pengamatan balik untuk melihat keseluruhan bagian
itu. Ini dilakukan dalm rangka mensintesiskan bagian-bagian rinci yang tercakup
dalam bagian itu sehingga terlihat keterkaiatan yang ada diantarannya.
IV.
Aplikasi
Teori Humanistik terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi
teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan
tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan
positif.
3. Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
4. Mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Siswa
di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
6. Guru
menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko
perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan
kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin
atau etika yang berlaku.
V.
Aplikasi Teori
Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori
behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1. Mementingkan
pengaruh lingkungan
2. Mementingkan
bagian-bagian
3. Mementingkan
peranan reaksi
4. Mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
5.
Mementingkan
peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
6.
Mementingkan
pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
7.
Hasil
belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan
paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara
utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng
diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang
kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku
yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa
yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada
hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena
penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan ciri
yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini,
sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat
penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan
kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan
dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu
situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar,
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat
dihindari oelh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling
efektif untuk menertibkan siswa.
No comments:
Post a Comment